Kamis, 20 Januari 2011, Lapangan Perumahan Kodam.
Fasel :
Bolanya kasih aku woy, sini kurang dikit lagi masuk.
Bayu :
Belakang jaga woy. Back nya mana !!!. Ki.. belakang dong ki. Nggak usah maju
maju itu bukan tempatmu.
Kiki :
Banyak ngomong kamu, bay. Itu udah tugas keeper kali. Jangan nyalah nyalah in
bek nya dong.
Elang :
Kebanyakan ngomong kalian. (sambil menendang ke arah gawang)
Fikar :
Goooll.... (sambil menggenggam tangan)
Mutiara :
Wooo, gool... (lompat-lompat)
Adel, Ica, Cika : Yaah..
Wahyu :
Eh, ini apa yaa. Kok isinya aneh. (memegang kertas sobekan kecil)
Alif :
Apaan sih ? orang isinya gak jelas gitu.
Fikar :
Tapi ada alamatnya tau. Kali aja bener. (sambil menunjuk tulisan kecil dibawah
kertas itu)
Mutiara :
Iya coba diselidikin. Mungkin ada sesuatu.
Ica &
Cika : Nggak mau ah. TAKUT !!!
Ayu :
Aduh kalian ini. Emang ada apanya sih, takut takut segala.
Erwan :
Perumahan Permata Ungu no. 25 b
Mutiara : Ayo
kesana. Aku penasaran.
Lalu anak-anak itu pun berhenti bermain sepak bola,
dan menyelidiki ada apa dibalik surat kecil yang aneh itu. Karena surat itu, menurut
mereka adalah petunjuk agar yang menemukan surat itu untuk pergi ke alamat yang
tertera. Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang amat sangat besar, kotor,
banyak tanaman-tanaman liar yang menjalar di pagar rumah itu. Rumah itu suram.
Sangat suram.
Kiki :
Yakin masuk ? suram gini.
Fasel :
Ya iya dong. Gini mah kecil (sambil menjentikkan jari)
Ica :
Nggak mau ah. Rumahnya serem banget.
Bayu :
Ah kelamaan.. (membuka pagar rumah suram itu)
Akirnya
mereka memasuki rumah itu. Terdapat satu mobil sedan yang sepertinya habis
dipakai. Setelah beberapa saat memperhatikan keadaan rumah itu mereka bertemu
dengan seorang kakek yang sedang memotong rumput.
Adel :
Permisi, pak. Rumah ini ada orangnya gak ?
Kakek :
hua.. huaa..haa..ha..ha.. (sambil menunjuk arah yang tidak tentu)
Fikar :
Jangan bilang ini kakek gila !
Alif :
Satu..dua..kabur...
Anak-anak
pun berhamburan ke arah yang tidak jelas.ada yang lurus, ke arah selatan ada
juga yang ke arah belakang rumah.
^^^^
Di belakang rumah
Wahyu :
Cik, Al, kita kemana nih ini udah buntu.
Cika :
Coba masuk deh.
Wahyu :
Eh itu ada danau.
Cika :
Mana ?
Alif :
Itu tuh. Ayo kesana kali aja ada jalan keluar.
Alif,
Wahyu, dan Cika lalu pergi ke danau itu. Disana mereka melihat ada sebuah
perahu kecil lalu
mereka
menaiki nya. Setelah agak ketengah danau mereka melihat sesuatu.
Cika :
Eh itu apa ? kok merah-merah ? Gerak-gerak lagi.
Alif :
Ayo ke pinggir. Kayaknya ada sesuatu.
Wahyu
dan Alif pun cepat-cepat mendayung perahu hingga ke tepi. Tetapi sebuah sosok
mengikuti mereka. Semakin lama semakin mendekat. Dan mereka mendayung lebih
cepat.
Alif :
Ayo, bentar lagi sampai.
Tapi
tiba tiba saja perahu yang mereka tumpangi oleng dan akhirnya terbalik. Semua
tercebur ke danau itu. Dan yang mereka takutkan pun terjadi.
Wahyu :
Gawat. Itu Buaya.
Cika :
A..duh.. to.. long.. aku .. gak.. bisa.. berenang.. (sambil melambai lambaikan
tangan)
Mendengar Cika berteriak teriak mereka pun kembali
untuk menolong Cika.
Alif :
Biar aku aja yang tolongin Cika. Kamu naik dulu.
Wahyu :
Ya udah.Cepetan.
Alif
pun dengan segera berenang ke arah Cika. Ternyata cika sudah mengapung. Setelah
sampai di tepi. Wahyu dan Alif menaikkan Cika ke atas. Setelah itu, Alif pun
mencoba naik ke atas. Tapi sudah terlambat, Sosok yang menginginkannya sejak
tadi sudah tepat berada di bealakagnya. Akhirnya Alif pun termangsa. Wahyu yang
melihat kejadian itu bingung. Cika yang pingsan, dan Alif yang termakan buaya.
Dengan segera Wahyu menolong Cika. Setelah tidak lama Cika pun sadar dan
akhirnya mereka kembali masuk ke dalam rumah itu. Lalu Wahyu menceritakan
kejadian yang terjadi pada Alif. Cika menangis temannya bisa meninggal dengan
mengenaskan seperti ini.
Wahyu :
Udahlah, Cik. Itu emang udah takdir. Sekarang dia udah bahagia sama bapak
ibunya di surga.
Cika :
Tapi kenapa Alif ?
Wahyu :
Emangnya kenapa ?
Cika :
Ya.. yaa... kan.. (malu-malu)
Wahyu :
Jangan jangan... ?
Cika :
Udah ah. Kita cari yang lain aja.
Tak
lama mereka berjalan, mereka menemukan sebuah kamar. Mereka melihat dari
jendela ada empat orang laki laki yang sedang berbicara. Di depannya ada
seorang anak kecil yang terikat tangan dan kakinya. Ternyata setelah mereka
mendengarkan semua percakapan tiga orang itu. Mereka mengetahui sesuatu. Mereka
segera berlari untuk memberitahu kepada teman teman yang lainnya tentang apa
yang mereka dengar.
^^^^
Mutiara :
Kita dimana nih ? Kok ruangannya aneh banget ?
Ica :
Aduh gelap lagi. Aku takut. Keluar aja ya..
Fikar :
Udah nggak usah takut. Udah gede kok penakut.
Kiki :
Biasa Ica aja kok.
Fikar :
Tenang aja caa. Ada pahlawan keberanian disini.
Mutiara :
Ini bukan waktunya buat bercanda. Kita ada misi disini.
Suara pria :
Sekarang. Kalau kamu nggak mau nyerahin hati kamu buat Tuan. Terpaksa. Aku
harus ngambil secara paksa dari kamu.
Mutiara :
Eh , suara apa itu ?
Ica :
Aduh, keluar aja deh.
Kiki :
Coba kita lihat.
Mereka
mengikuti asal suara itu dan akhirnya tiba di sebuah kamar. Mereka mendengarkan
percakapan tiga orang laki laki dan seorang anak perempuan yang merintih
kesakitan.
Fikar :
Itu ada jendela.
Mereka
ber empat menuju ke Jendela itu. Disana mereka melihat kejadian mengerikan tiga
orang lelaki itu merobek perut anak kecil itu. Lalu mengambil hati anak itu.
Dan yang lebih parah ketiga orang itu memenggal kepala anak itu. Setelah
melihat kejadian itu, keempat anak itu berlari mencari jalan keluar.
^^^^
Braak...
Cika tidak sengaja menyenggol kayu yang ada di jendela itu. Keempat orang yang
ada di dalam itu kaget.
Laki laki
1 : Siapa itu ?
Laki laki
2 : Lihat sana. Jangan jangan
ada polisi.
Setelah
kepergok Cika dan Wahyu langsung berlari. Mereka berlari ke arah lantai 2.
Setelah dilantai 2 ternyata disana ada kolam renang yang sangat besar .
Kepanikan mereka membuat salah satunya tercebur ke kolam renang itu. Cika.
Kembali tercebur dan tidak bisa berenang. Ketika Wahyu ingin menolong Cika satu
orang itu telah tiba. Tapi atas bantuan Yang diatas orang itu terpeleset dan
ternyata tidak bisa berenang. Pada khirnya orang itu pun meninggal. Dan Cika
berhasil selamat. Tapi keadaannya lebih parah daripada yang tadi. Mukanya lebih
pucat, dan suhu tubuhnya lebih dingin
^^^^
Erwan :
Kita kemana ? Ini rumah gelap banget.
Elang :
Itu ada tangga. Coba naik.
Fasel :
Jangan. Nanti ada apa apa lagi diatas.
Elang :
Nggak akan. Takut amat !
Fasel :
Nanti kalau ada apa-apa aku nggak tanggung jawab.
Erwan :
Ayo coba kita cek.
Akhirnya
mereka menaiki tangga itu. Mereka tiba di sebuah ruang yang aneh dan gelap.
Tidak jauh dari situ, Fasel Melihat sebuah tetesan darah.
Elang :
Kayaknya ini masih baru deh. Keliatan dari baunya.
Erwan :
Kita ikutin aja gimana ?
Setelah
mengikuti tetesan tetesan darah itu mereka tiba di depan sebuah pintu. Lalu
mereka membuka pintu itu. Didalam pintu itu terlihat seorang anak perempuan.
Yang mereka kira itu Cika. Setelah mereka mendekatinya dan wajah itu berbalik.
Terlihat wajah yang sangat pucat dan leher yang berlumuran darah. Lalu seketika
itu leher itu terputus dan kepalanya terjatuh ke lantai. Mereka bertiga. Erwan,
Fasel, dan Elang yang melihat kejadian itu detik itu juga langsung berlari.
Mereka menemukan sebuah tangga dari kayu yang sudah hampir lapuk. Mereka
bertiga yang diawali dengan Fasel, karena badannya yang paling kecil segera
menaiki tangga itu. Setelah sampai di puncaknya, mereka bertiga ternyata berada
di atap rumah itu. Bagian paling atas.
Erwan :
Serem banget, gila. Jangan sampai deh, liat lagi yang kaya gituan.
Elang :
Iya aku aja juga kaget.
Fasel :
Aduh aku mau pulang, pokoknya pulang, sekarang, sekarang !!!
Elang :
Cengeng banget jadi laki laki udah kelas 11 masih aja penakut. Dasar !
Erwan :
Eh ada apa tuh ? (sambil menunjuk pot bunga super besar)
Elang :
Kenapa ? Eh iya ya kok tanemannya gerak sendiri.
Fasel :
Tunggu (berlari mengambil kayu yang ada di dekat pot besar itu)
Erwan :
Kenapa ?
Fasel :
Ada ularnya, di situ kobra. Tapi lumayan besar juga.
Elang :
Yakin ? Eh awas, Er !!!
Namun
sudah terlambat ular itu sudah menggigit pergelangan kaki Erwan. Seketika itu
juga Erwan pucat dan terjatuh. Fasel dengan berani memukuli ular itu dan
akhirnya kepala ular itu terputus dan mati.
Elang :
Er, Er, kamu nggakpapa kan ?
Fasel :
Aduh, Erwan pucet banget.
Erwan :
Ka..kal..kalian ke bawah aja cari bantuan aku tunggu disini.
Dengan
segera mereka berlari menuruni tangga yang mereka naiki tadi. Karena
terburu-buru Fasel terkilir dan sepertinya susah sekali berjalan. Tak lama
Elang pun langsung menggendong Fasel.
Elang :Untung
aja kamu kecil, kalau nggak aku tinggalin
Fasel :
(tertawa)
^^^^
Adel :
Ini kayaknya garasi. Semoga ada petunjuk disini.
Klekk..
Suara berasal dari balik mobil.
Adel :
Suara apa itu (dalam hati). Ehm .. Kasih aku kayu itu dong. Ada yang nggak
beres nih kayaknya.
Lalu
dari balik mobil keluar seorang laki laki yang tidak terlihat wajahnya karena
gelapnya garasi itu dan karena lelaki itu memakai topeng. Semakin lama semakin
mendekat dan akhirnya setelah semakin mendekat.
Adel :Huaaaaaa......
Lalu
dengan cepat sebuah tangan menutup mulutnya yang berteriak teriak itu. Tetapi
Adel tidak diam saja dia juga melakukan perlawanan sebisanya. Tetapi lama lama
tangan yang menutupi mulutnya semakin lama semakin merenggang, dan akhirnya
orang itu hanya memegangi tangan Adel saja.
Bayu :
Tenang, tenang, ini aku. Bayu (sambil membuka topeng)
Adel :Kamu
tuh yaa, kayak pencuri aja. Kaget tau gak sih. Untung aja aku gak punya
penyakit jantung, coba aja punya. Pasti udah kena serangan deh.
Bayu :
Maaf, maaf. Ini juga terpaksa. Supaya nggak ada yang tahu.
Adel :
Terus yang lain mana ? Tinggal ini aja ?
Bayu :
Aku juga nggak tahu. Coba kita cari aja gimana ?
Adel :
Ayo. (sambil tergesa-gesa)
“Wahyu :
Aduh, cik. Berat banget sih punya badan. Kan sekarang siapa yang susah.”
Karena
Adel yang berjalan tergesa-gesa Bayu pun menarik tangannnya hingga jatuh.
Akhirnya mereka duduk sambil mengintip dibalik kursi besar yang sepertinya
tidak akan terlihat dari kejauhan.
Adel :
Apa sih, Bay. Narik-narik tangan orang sembarangan sakit tau.
Bayu :
Kamu sih. Gegabah banget jadi orang kalau itu musuh gimana ?”
Adel :
Udah jelas itu suaranya Wahyu. Gimana sih !
Bayu :
Bisa aja musuh.
Adel :
Itu Wahyu, bukan musuh !
Bayu :
Terserah!
Adel :
Kenapa Cika. Mukanya pucet banget. Alif mana lagi ? Kan mereka mencarnya
bertiga. Kenapa sekarang tinggal dua ? Cika pakai pucet lagi.
Grsskk...
grsskkk....terdengar suara agak menyeramkan
Adel :
Aduh apa lagi. Serem banget ini ruangan.
Bayu :
Biar aku cek. Bentar tunggu sini.
Cuman tikus.
Cuman tikus.
Kemudian
secara tidak sadar di belakang Adel ada seseorang yang sedang berjingkat. Dan..
Elang :
Halooo..... (Sambil berteriak)
Adel :
Aaaaa... (menjerit). Kamu tuh ya jail nggak tau
tempat udah lagi genting kayak gini.
Bayu :
Bikin kaget aja.
Elang :
Hehehe. Abis, tadi kita liat kalian berdua di ruang gelap gelap. Ngapain coba ?
ya udah kita jailin aja. Iya nggak, Fas ?
Fasel :
Hem.
Adel :
Siapa juga yang lagi berdua, orang aku aja baru ketemu sama dia (menunjuk Bayu)
Bayu :
Betul itu. Kenapa kalian Cuma berdua ? kan tadi bertiga sama Erwan.
Elang :
Oh iya. Tadi Erwan digigit kobra di atas kayaknya udah parah deh. Tolongin dong
Kasian dia. Ini juga Fasel kakinya terkilir. Kepleset tadi di tangga. Terus
parahnya lagi tadi kita lihat hantu. Serem banget. Kepalanya putus, perutnya
sobek.hihh
Bayu :
Udah gini aja. Sekarang aku ke Erwan. Biar Adel yang ngobatin Fasel kayaknya di
ruang tengah ada Kotak P3K. Aku duluan yah. Ati-ati kalian.
Elang :
Terus aku gimana ?
Adel :
Ya gendong Fasel aja sampai ruang tengah.
Elang :
Capek nih. Gantian ya.
Adel :
Eh nggak ada ceritanya yaa. Perempuan gendong laki-laki.
Fasel :
Aku jalan sendiri aja deh. Elang udah capek. Kasian.
Adel :
Udalah, Fas. Bentar lagi ruang tengah kok. Itu kotak P3K nya aku ambilin dulu
ya. (berlari)
Ketika
mengambil kotak itu tiba-tiba seorang laki laki terlihat berlari menghampiri
Adel. Membawa balok kayu yang ukurannya cukup besar.
Elang :
Awas del...
Adel :
Apa ?
Elang :
Belakang ....
Segera
Elang berlari menghampiri orang itu dan tidak memperhatikan Fasel. Sedang Elang
bertengkar dengan orang itu. Adel dengan cepat memperban kaki Fasel yang
terkilir.
Elang :
Udah belum del ?
Adel :
Awas, Lang.
Karena
kelengahannya, Elang sedikit terkena sabetan pisau itu dan sepertinya orang itu
sudah semakin ganas ingin membunuh Elang. Akhirnya Elang pindah ke
posisi belakang orang itu setelah orang itu mencoba untuk menusuk Elang dengan
posisi terbalik, dan tidak tepat, Akhirnya pisau itu terkena tubuhnya sendiri.
Elang :
Kamu nggakpapa kan ? Gimana Fasel ?
Adel :
Nggak kok tenang aja. Itu Fasel udah agak baikan. Tangan kamu darahnya.....
Elang :
Nggak masalah kok. Udah biasa.
Adel :
Nggak masalah gimana ? Sini aku lihat. Kapas mana yaa. Oh Ini. Makasih ya, lang.
untung tadi kamu teriak. Kalau enggak bisa bisa udah gegar otak aku.
Elang :
Oke. No problem. I will do anything for you. (sambil melamun)
Adel : Iya, kamu ngomong apa ?
Elang : Nothing. Gak penting kok. Udah lanjutin
ngobatin tanganku aja. Udah mulai perih nih.
Adel : Kok nothing. Kamu tadi bilang apa ? Aduuh
yang mana yang perih ?
Elang : Nggak ada yang perih. Yang perih itu
kalau liat dia sama dia.
Adel : Dia ?
Elang : Ya dia. (sambil menerawang melihat
Adel). Kok jadi melantur kemana mana gini ya. Hahaha. Eh itu ada apa di
hidungmu.
Adel : (sambil meraba raba hidung). Kenapa
?
Elang : Maksudku itu kenapa hidungmu itu majunya ke
belakang.
Adel :
(cemberut) Iya iya cukup tahu dan paham yang hidungnya majunya ke depan.
Elang : Nggak deh.. Bercanda (sambil memencet hidung
Adel)
Sambil
mengobati luka Elang, tiba tiba Wahyu datang dengan Cika yang di bopongnya.
Adel :
Wahyu... Cika kenapa ? Kok pucet ? Alif mana ?
Wahyu :
Ceritanya panjang yang penting Cika obatin dulu.
Adel :
Cik udah nggakpapa kok. (memegang dahi Cika). Dudukin aja di sebelah Fasel sana.
Elang :
Jadi ceritanya gimana, kok bisa ilang satu ?
Wahyu :
Ehm.. gini Cika tadi tenggelam dua kali waktu di danau, sama di kolam renang,
terus.. (muka sedih)
Adel :
Terus ?
Wahyu :
Alif meninggal di makan buaya di danau, waktu nolongin Cika.
Semua
yang mendengar berita dari Wahyu pun kaget juga sedih. Cepat sekali teman
mereka itu pergi.
Wahyu :
Terus, ini cuman tinggal segini ? Yang lain mana ?
Adel :
Bayu ke atas nyelamatin Erwan. Mutiara, Fikar, Ica,
Kiki, Ayu nggak tau dimana. Ayo cari jalan keluar.
Masih kuat kan kalia ? (Semuanya mengangguk)
Akhirnya
mereka menuju ke pintu besar yang ada di ruang tengah. Ketika mereka membuka
pintu, mereka melihat kejadian yang tidak diinginkan. Ayu tergeletak sambil
memegangi kabel listrik, Dan air dari keran menglir sedikit demi sedikit.
Mereka semua sedih melihat kejadian itu. Fasel terutama. Yang menyayangi Ayu
lebih dari sekedar teman. Seketika itu juga menangis.
Wahyu :
Udahlah ayo kita keluar aja. Aku udah nggak tahan liat kejadian kejadian kayak
gini lagi.
Akhirnya
mereka semua berjalan lesu keluar ruangan itu. Tetapi Fasel tetap diam saja.
Memandangi Ayu yang diam, kaku, pucat.
Cika :
Udah , Sel. Biarin Ayu tenang disana (suara lemas)
Fasel :
(tersenyum ikhlas)
^^^^
Bayu :
Erwan...
Erwan :
Hai (lemah)
Bayu :
Masih kuat jalan ?
Erwan :
(mengangguk)
Tiba-tiba
seseorang muncul di belakang Bayu. Membawa batu besar.
Erwan :
A..was.. (lemah)
Laki laki
3 : Haaaa....
Bayu :
Jangan harap bisa menang dari aku. (sambil tertawa)
Lalu
laki laki itu dan Bayu bertengkar diatas atap. Laki laki itu terus menyerang
Bayu hanya menolak serangan serangan laki laki itu. Setelah tepat di tepi atap
Bayu ganti yang menyerang dan pada akhirnya laki laki itu jatuh ke tanah dengan
kepala yang terputus.
Bayu :
Makasih, Er. Untung aja. Ayo aku bantu.
^^^^
Ternyata,
laki laki terakhir dari keempat laki laki tersebut, mengetahui ada yang sedang
melihat mereka melakukan kekejaman pada anak perempuan itu.
Laki laki
4 : Mau lari kemana kalian ?
Kalian juga harus mati.
Mutiara,
Fikar, Ica, Kiki kebingungan mencari jalan keluar. Mereka terus berlari hingga
pada akhirnya tidak ada jalan keluar. Mereka berempat tiba di suatu ruang.
Mereka mengunci pintu ruangan itu.Mereka berempat mencari ide. Apa yang harus
mereka lakukan. Akhirnya mereka menemukan sebuah ide. Di luar terdengar suara
laki laki yang sedang mendobrak dobrak pintu yang dikunci oleh mereka.
Mutiara :
Ca, ambil itu. Fikar Kiki ntar megangin tangan nya. Oke ?
Fikar :
Beres
Kiki :
Siap.
Ica :
satu..dua... (isyarat).
Laki
laki itu pun masuk dengan garang. Kiki, Fikar sesuai tugasnya. Memegang badan
laki laki itu dengan kuat kuat. Mutiara yang tingginya malampaui lelaki itu,
membuka mulut lelaki itu dan Ica dengan susah payah menuangkan cairan baygon ke
mulut laki laki itu. Laki laki itu seketika tewas, dan misi mereka Berhasil.
^^^^
Adel :
Erwan, Bayu... Erwan pucet banget. Ayo cepet kita bawa turun.
Akhirnya
yang masih tersisa, Fasel, Cika, Adel, Wahyu, Bayu, Elang, dan Erwan segera
turun ke bawah. Setelah tiba di lantai satu tergeletaklah jasad anak kecil,
yang kepala nya terpotong. Di sana mereka juga bertemu. Mutiara, Fikar, Kiki,
dan Ica.
Ica :
Kalian nggakpapa ? Untunglah..
Kiki :
Kayaknya ada yang kurang, deh. Ehm... Alif ?
Mutiara :
Ayu ?
Fasel :
Ayu sama Alif udah pergi.
Fikar :
Maksudnya ?
Elang :
Mereka udah meninggal.
Mutiara,
Ica, Kiki, dan Fikar pun kaget.
Mutiara :
Jadi ini anak yang nulis di surat tadi ? Pantesan aja gak jelas. Orang masih
kecil.
(Semua mengangguk)
Ica :
Aku telfon polisi dulu.
“Kalau
kalian berani menghubungi polisi. Kalian akan mati.” Serentak mereka semua
menoleh ke arah suara itu berasal. Ica yang memegang Handphone pun langsung
melepaskan handphone nya. Disana terlihat seorang laki laki berkacamata yang
sedang mebawa pistol.
Laki
laki itu mencoba menembak Cika tapi, sasarannya tidak tepat. Elang yang berada
di depannya, dengan segera menendang pistol itu. Dan pistol itu terjatuh di
lantai. Adel yang letaknya tidak jauh dari pistol itu segera mengambil pistol
itu, dan segera menodongkan ke arah laki laki itu. Tetapi laki laki itu hanya
tersenyum.
Laki laki
x : Coba saja kalau. Berani aku
yakin kalian nggak akan berani. Lagi pula aku sudah bosan hidup dengan
penyakitku ini. Sangat menyiksa kalian tahu. Silahkan saja tembak sekarang. Aku
sudah bosan hidup. Akhirnya Ica meneruskan niatnya untuk menelfon polisi.
Akhirnya polisilah yang menuntaskan kasus ini. Dan laki laki yang menjadi Otak
dari kejahatan ini di penjara seumur hidup.
==TAMAT==
maaf kalo rada gj
BalasHapus